Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 2



Kedatangan kami disambut sama Mas Iim, owner dari Osz Clothing yang boothnya bisa kamu kunjungi di Mall Malioboro dan Ambarukmo Plaza. Beliau ini juga yang mempersilakan kami menggunakan rumahnya untuk kami huni selama 3 hari 2 malam dan 1 subuh.
Sebelum Ke Jogja saya memang menghubungi Mas IIm dan Mbak Indri istrinya untuk menanyakan penginapan yang murah, eh tapi malah ditawari rumahnya biar gratis, ya udah nyangka bakal gitu sih hehe... Makasih ya Mas dan Mbak Boss!

Stylish. Ngga malu-maluin lah.
Pada hari ke-1 destinasi pertama kami adalah Pantai Drini. Pantai berpasir putih yang sangat bagus, nampak infrastrukturnya sudah lumayan lengkap; tempat parkir yang luas, warung lesehan yang boleh diduduki asal kamu jajan di warungnya (sebab anak-anak diminta pergi karena tidak jajan disitu hehe..), para penyedia tikar+payung sewaan, dan tentu saja instagrammable.

Tapi seperti yang sudah dibriefingkan beberapa hari sebelum keberangakatan, bahwa di Yogya sedang ada angin besar kiriman dari Austalia, pantai Drini ini anginnya sangat kencang bahkan cenderung menyiksa, saya yang kebetulan tiba dengan kondisi tubuh yang tidak 100% fit, langsung merasa seperti dipukuli tanpa ada jeda. Dingin! Bahkan air lautnya pun bisa bikin menggigil. Sinar matahari seperti kehiangan tajinya untuk membuat suhu sedikit lebih hangat. Tidak! saat itu matahari hanya berperan membuat hari menjadi siang saja dengan cahayanya.

Summer rasa winter. Dingin.

Anak-anak kru tampak menikmati eloknya pantai dengan menjadikan pemandangannya sebagai background pose selfie, untuk memenuhi kebutuhan eksistensial via medsos Instagram dan facebook. Puluhan pose dan bergiga-giga byte memori handphone disesaki foto, lalu dihapus lagi dan dipenuhi lagi, terus berulang hingga mendapatkan pose terkeren. Yoyo yang didaulat sebagai fotografer juga sigap memilih spot terbaik untuk foto bersama dan juga untuk foto produk tasnya hehe... Merknya Infected, baru bikin prototipe tapi sudah boleh dibeli, mudah-mudahan harga miring karena dummy yekan.

Waktu sudah menunjukkan pukul 12.00, waktunya kami bersiap untuk menuju destinasi berikutnya. tapi sebelum itu kami akan mampir dulu ke Rumah makan yang sudah dibooking dan dipanjeri dari Bandung via internet banking, satu warung yang dipilih dari beberpa kandidat hasil penelusuran di google. Warung Drini Indah.

Saat kami tiba tidak tampak satu pun pengunjung, mungkin memang sedang sepi karena tidak terletak di jalur yang ramai atau mungkin karena khusus untuk menyambut kami saja atau jangan-jangan... memang sepi saja barangkali. Tapi tak masalah yang penting perut kosong bisa dikenyangkan disini.

Selesai makan dan ritual sebats, kami bersiap-siap lagi memasuki bis putih bergambar wayang berkapasitas 25 penumpang, yang akan kami sewa selama 2 hari.

Destinasi berikutnya dalam itinerary sebetulnya adalah pantai Ngrawe, tapi karena satu dan lain hal, kami skip dan langsung menuju destinasi ketiga pada hari itu yaitu pantai Cemara sewu dan Taman Gumuk Pasir yang terletak beberapa puluh meter di belakang pantainya.

Di lokasi ini pantainya tidak begitu istimewa, tapi tetap bagus untuk dijadikan latar belakang selfie, wefie atau (lagi-lagi) foto produk tas Infected buatan Yoyo sang fotografer.
Pantai ini anginnya sama kencang walaupun tidak sekuat di Drini. Pantai dengan temperatur yang dingin begini cocok juga untuk dijadikan spot nge-POP MIE ngomong-ngomong hehe..
Sore itu agenda jalan-jalan kami tuntaskan dengan berkunjung ke Taman Gumuk pasir, area luas berbentuk bukit dari gunungan pasir pantai. Keren. Dengan angle yang pas dan sedikit potoshop bolehlah jadi mirip di padang pasir jazirah arab.


Kami habiskan waktu agak lama disini, tempatnya menenangkan. Tapi sayang buat saya karena tubuh yang tidak 100% fit inii agak jadi ganjalan. Saya harus terus melingkarkan handuk mandi ke area leher-kepala sepanjang hari itu. Hadeh... Sungguh tidak instagrammable saya ini.

Durasi bis perharinya berakhir pada pukul 10 malam, dengan sisa satu destinasi lagi yakni tempat makan malam dan jam tangan sudah menunjukkan pukul 6, sudah cukup waktunya untuk segera bergegas. Saat turun bukit rupanya bis juga sedang turun dari area parkiran.

Sebelum memutuskan mem-booking bis, saya bertanya-tanya sedikit tentang kondisi bis, dari keterangan yang disampaikan via Whatsapp saya jadi tahu kalu bis yang disewakan merupakan armada keluaran tahun 2015 ke atas. Saya cukup tenang mendengar informasi tersebut, dikombinasikan dengan harga coret yang mereka tawarkan, pokoknya vendor ini "seng ada lawan lah" udah paling murah sejogjakarta, sungguh price to value.

Tapi ya mungkin karena jam terbang bis ini sangat intensif, dalam perjalanan menuju tempat makan malam, bis terpaksa dihentikan saat perjalanan baru setengahnya. Bukan mogok sih, tapi sudah ada lampu-lampu indikator yang menyala, saya yang duduk di depan juga merasa ada gelagat tidak beres, walaupun sopir dan kondekturnya bercakap-cakap berbahasa Jawa, saya bisa merasakan auranya hehe.. aura tidak beres pada bis.

Akhirnya bis ditepikan di halaman bangunan di pinggir jalan yang kebetulan sepertinya tidak terhuni Sopir menginformasikan bahwa sisa perjalanan akan dilanjutkan dengan bis baru, dan kami diminta menunggu sekitar setengah hingga satu jam.

Momen yang ditunggu tiba, bis pengganti datang. Kali ini bisnya lebih mevvah, lebih kekinian, dengan lampu LED di sepanjang langit-langitnya, sepertinya armada yang lebih muda. Jauh lebih muda.

Ada cerita unik pada hari pertama ini.

Saat bis dalam perjalanan ke destinasi pertama saya melihat ada bis sedang mogok, lalu dalam hati saya bilang: "Untung bis yang saya tumpangi bagus!"
Saat dalam perjalanan pulang menuju ke tempat makan malam, bis berpapasan dengan bis lain dengan stiker JETBUS 2, dalam hati saya bicara lagi: "Wah boleh juga tuh bis, lebih bagus kayaknya" jadi rada berharap bisa menumpangi bis yang lebih bagus. Tidak lama kemudian bis yang kami tumpangi mogok.

Saat datang bis penggantinya, ternyata berstikerkan: JETBUS HD 2++
What a coincidence!

Beberapa menit kemudian kami tiba di Klangenan, warung makan mapan berformat nasi kucing, harganya lumayan kuenceng kalau dibenchmark dengan nasi kucing lesehan emperan. Tapi lucu karena setiap pelanggan/grup akan dipinjami tempat membakar lauk pauk yang dipesan, jadi boleh memanaskan ulang makanan sendiri-sendiri. Kesannya itu saja sih, karena kami memang tidak berlama-lama disana, selain karena sudah agak larut dan argo sewa bis hampir mendekati tenggatnya, juga memang sudah ingin segera istirahat.

Kami pun pulang ke daerah Timoho.
Sementara saya dan anak menyusul istri yang menginap terpisah di hotel dekat Mall Ambarrukmo Plaza.

Bersambung...

Susah move on kalo liat foto ini lagi. :)





Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 2 Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 2 Reviewed by ataedun on July 23, 2019 Rating: 5

No comments:

Powered by Blogger.