Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 1

Tiba-tiba saya dan 3 kawan kru lainnya merasa waswas, Grab car yang kami tumpangi terjebak macet luar biasa, padahal hanya sejarak 75 meter lagi menuju stasiun. Waktu sudah menunjukkan pukul 17.40, sementara kereta akan berangkat pukul 18.10. Ada kemungkinan terburuk jika kami terus menunggu kemacetan terurai maka kursi terakhir yang kami duduki hari itu adalah kursi mobil bermerek Toyota tipe Avanza yang kami tumpangi, bukannya kursi yang sedikit terlalu tegak dan lebih tidak nyaman dibanding Avanza tadi, kursi yang sudah dipesan dari berminggu-minggu lalu, kursi kereta api kelas Ekonomi.

Tapi juga adalah kursi yang akan membuat kaos bertuliskan "Tamasya dan Bergembira - Yogyakarta 10-13 Juli 2019" jadi relevan untuk dipakai.

Iya ini adalah kursi kereta Kahuripan jurusan Kiaracondong-Lempuyangan.

Jangan sampai ketinggalan, please!

5 menit kemudian....

Pfiuuhh... akhirnya sampai ke stasiun Kiaracondong. Ini berkat kami yang memutuskan untuk turun di tengah jalan di sela-sela kemacetan sambil angkaribung menggendong tas kami masing-masing, serta menjinjing dan memangku beberapa kotak nasi konsumsi makan malam plus oleh-oleh untuk tuan rumah di Jogja.

Akhirnya! kami akan duduk dengan tegak menuju Jogja. Hore!

Combed Cotton 30S, Warna Hitam Bali (Pekat), Sablon Plastisol.
Kaos dengan desain dari @rocksallustration ini akan dirilis juga untuk versi khalayak ramai. Tunggu segera.

Ini adalah kali kedua kru konveksi piknik ke tempat yang agak jauh, sebelumnya kami pernah ke Pangandaran tapi dengan format touring motor.

Edisi piknik kali ini kami putuskan ke Jogja, selain karena banyak obyek wisata yang bisa dijadikan tujuan juga untuk menambah perspektif barangkali, kami yang bekerja di Jawa Barat sepertinya perlu sekali-kali melancong ke luar, melihat dan mengalami hal-hal baru.
Ide pertama adalah menyewa armada mobil dari Bandung ke Yogyakarta, tapi pilihan dengan budget yang bijkasana hanya tersisa armada HIACE 17 kursi, sepertinya kurang representatif.

Setelah berhitung lagi rupanya menggunakan kereta lebih rasional dan terbayang akan lebih nyaman. Ditambah untuk beberapa kru, menumpangi kereta api juga akan menjadi pengalaman pertama. Mantap!

Setelah habis wefie puluhan pose, boarding dan delay beberapa menit dari jadwal, lokomotif bergerbong Kahuripan yang mengangkut para ekonom, akhirnya mulai bergerak menjauh dari Stasiun Kiaracondong Bandung.

Bila diibaratkan handphone, baterai para skreenkru (istilah sok keren untuk para karyawan konveksi kami) masih 100 persen, mungkin ke-charge sama semangat dan euforia liburan. Jam-jam pertama dalam kereta diisi oleh atmosfir keriaan, senyum terbentuk di wajah setiap orang, bahkan sesekali ledakan tawa juga terdengar menggelegar dari bangku kami yang saling berhadapan.

Sepertinya bahan baku untuk saling bercanda tidak pernah habis.

Kereta baru berjalan sekitar satu jam, salah seorang sudah mengompori untuk membagikan kotak nasi yang sudah dibeli dari gerai Fried Chicken semenjak sore masih terang.

"Takut keburu basi nasinya!" kata Mang Dadang sambil sok ilmiah menjelaskan, dia mengendus, meraba dan mengira-ngira temperatur awal nasi, teorinya adalah nasi panas yang langsung dibungkus katanya harus segera dibuka, takut uapnya terperangkap dan membuat nasi kehilangan kesegarannya.

Modus! Hehe...

Tapi memang sudah masuk waktu makan malam sih, jam biologis perut para kru untuk makan harian kali ke-3 memang jam 6 petang biasanya. Jadi membuka kotak nasi jam 7 malam berarti seperti masbuk pada waktu sholat hehe... TERLAMBAT.

Seperti yang sudah terprediksi dari awal setelah setengah perjalanan energi kami berkurang, mungkin sudah banyak yang low-batt, gerbong cenderung hening. Kebanyakan sudah terlelap. Hanya terdengar satu dua orang mengobrol, paling sesekali "pramugara" kereta melintas menawarkan bantal, minuman, mie instan dan barang dagangan lainnya, saya pun lupa apa saja yang mereka bawa.

Tentang tidur ini yang paling "antik" adalah Enjang a.k.a Konyang (Kru bagian finishing sablon). Baru beberapa menit kereta berjalan dia memberi kode pada kru yang lain, tanda dia sudah mabuk perjalanan. Septa (Divisi potong bahan) yang sudah ditunjuk sebagai kordinator medis (lebih karena keliahaiannya memijat) sigap mengeluarkan Antimo dari kotak obat. Sisa cerita adalah Konyang berhasil terlelap hampir tiga perempat perjalanan dengan tanpa terhitung mengencesi bantal leher punya Opik.

Sesekali kereta berhenti agak lama di beberapa stasiun, kami gunakan kesempatan ini untuk keluar kereta dulu menghirup udara segar sambil menghirup juga udara kotor dari rokok hehe... walaupun kereta ekonomi sekarang sudah ber-AC seluruhnya, tapi sungguh udara alami adalah yang terbaik.

Akhirnya setelah 9 jam.

Hallo Jogja...
Kami datang.


Bersambung...

Menjogjakarta!

Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 1 Habis Lembur Terbitlah Libur - Piknik Jogja Bagian 1 Reviewed by ataedun on July 23, 2019 Rating: 5

1 comment:

Powered by Blogger.