Di Balik Kain Katun yang Nyaman: Revolusi Industri, Amerika Serikat, dan Perbudakan

Oleh: Dwi Nur AkbarWijaksono
       

Ada yang masih inget kata-kata guru Sekolah Dasar tentang sandang, pangan dan papan gak? Kalau inget, kalimat itu sekarang udah ganti, bro, sekarang kalimat itu jadi: sandang, pangan, papan dan casan (charger), ha-ha-ha. Hal ini terjadi karena kemajuan era teknologi yang pesat, di mana saya maupun kalian pasti gak bisa hidup tanpa gawai, ya gak? Ngaku aja deh, pasti kalian bakal hampa tanpa gawai, secara zaman now banget gitu kan. Nah, ngomongin kemajuan teknologi, coba sedikit kita kembali ke masa lalu, lewat memori sejarah yang anggun nan menawan, meski rasa kantuk tak tertahankan di kala guru mata pelajaran sejarah memulai pembelajaran dengan cerita, ya...cerita.

            Well, kita langsung aja cari tahu sedikit asal-muasal kain katun, atau kapas atau apapun itu yang berkaitan dengan kaos, ini kan Skreen and Sound, tukang sablon keren dari wilayah periferi, ha-ha-ha. Tapi jangan salah, meski demikian Skreen and Sound selalu tulus dan total mengerjakan setiap pekerjaan yang dibebankan kepada kami. Oke, langsung saja, tanpa terlalu banyak intro a la grup musik kondang, kita mulai mendedah kain katun. Kain katun adalah komoditas non-pangan yang cukup penting, karena katun mampu menunjang produktivitas manusia (termasuk Skreen and Sound). Setiap pekerjaan yang dilakukan manusia memerlukan kain katun, dari seorang pekerja tambang hingga pekerja kantoran atau pekerja cetak saring dan konveksi, pemimpin negara hingga pengangguran sekalipun. Ya, katun adalah primadona bagi seluruh umat manusia. Lalu, apa itu kain katun? katun dalam KBBI (online) adalah cita atau bahan pakaian yang dibuat dari benang kapas. Sebelum membahas lebih dalam mengenai katun, ada baiknya kita kembali ke masa lampau, melihat bagaimana kapas menjadi tanaman yang penting di dunia.

            Nah, terus katun tuh berasal dari apa sih? Katun itu berasal dari tanaman kapas, begini penjelasan singkat mengenai tanaman yang satu ini:

Tanaman kapas termasuk dalam genus Gossypium. Kapas adalah tumbuhan asli daerah tropis dan sub tropis, serta memiliki banyak spesies yang dibudidayakan di seluruh dunia. Kapas memiliki serat lembut dan terdapat biji di dalamnya. Serat ini bisa dipintal menjadi benang yang kemudian digunakan untuk membuat kain katun yang nyaman digunakan di iklim tropis yang hangat. Dari suatu hal yang sederhana pada peradaban kuno, kapas berubah menjadi sebuah komoditas industri modern yang vital bagi perekonomian dunia saat ini.

Kapas untuk pertama kali digunakan sebagai tali sejak tahun 3.0000 SM di India dan benua Amerika, nah hal ini sekaligus membuktikann kalau teknologi awal pemintalan kapas telah terjadi, bro. Fragmen atau bagian pakaian yang terbuat dari kapas yang umurnya mencapai 4.000 tahun ditemukan di lembah sungai Indus, India (sekarang, wilayah itu adalah Pakistan) dan lembah pantai Peru. Ada hal menarik nih di Peru, ternyata proses mumifikasi seseorang di Peru itu dibalut menggunakann katun, sedangkan di Mesir Kuno menggunaka sejenis linen. Gimana? bermanfaat sekali kan katun bagi kehidupan umat manusia. Ilmuwan sendiri memperkirakan, tapi gak kira-kira kayak Dukun, melalui hasil riset yang menunjukkan bahwa tanaman kapas telah ditanam sejak 7.000 tahun yang lalu. Kain katun mulai menyebar dari India ke Barat menuju Mesir dan Turki, dari Pasifik ke Utara menuju Amerika Tengah dan Karibia. Anehnya, gak ada seorang pun yang tahu secara pasti asal-usul katun yang kita gunakan hari ini, baiklah..biarkan itu semua menjadi misteri Illahi, tapi dari berbagai spesies yang memiliki kepiripan dengan kapas yang kita pakai sebagai bahan dasar katun di era kontemporer alias zaman now ini ditemukan di India, Amerika Tengah dan Amerika Selatan sejak ribuan tahun yang lalu.

Revolusi Industri
            Kalian tahu gak sih, kalau teknologi yang hari ini kita gunakan berawal dari perkembangann pemikiran dari berbagai gelombang pemikir yang lahir dan kemudian terus dikembangkan hingga hari ini. Penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1790 menandakan sebuah rangkaian perubahan ekonomi di bidang produksi pertanian dan industri di Inggris (Great Britain) menimbulkan apa yang oleh para sejarawan kemudian disebut Revolusi Industri. Ternyata revolusi ini secara drastis mengubah hubungan-hubungan lama—ekonomi, politik, dan sosial—dan menuju terciptanya kondisi-kondisi dan asalah baru lainnya. Siapa yang gak kenal klub sepak bola Manchester United atau Manchester City? Dua klub itu berasal dari kota yang menunjang perkembangan kain katun, yap, karena kota tersebut mengawali perkembangan industri tekstil di Inggris pada masa itu. Salah satu pabrik yang terkenal adalah pabrik tekstil The Lanchasire yang merupakan salah satu mesin revolusi industri Inggris. Pabrik ini memiliki karakter layaknya “setan” karena kondisi kerja yang tercela—memberikan upah rendah, mempekerjakan buruh anak-anak dan pemberlakuan 18 jam kerja. Hal itu yang menjadi salah satu alasan kenapa klub Manchester United sering dijuluki The Red Devil (Si Setan Merah), mungkin itu alasannya, guys.

            Berbagai penemuan memacu produksi yang amat sederhana pada mulanya. Salah satunya adalah penemuan flying shuttle oleh John Kay, bukan John Cena ya, he-he-he, dan peningkatan spinning machinery (mesin pemintalan) oleh Crompton dan Arkwright, mereka terilhami oleh upaya mempermudah proses kerja (nah ini yang hari ini terjadi, di mana manusia menginginkan semua serba cepat alias instant), bukan hasil rekayasa atau penerapan sains. Satu penemuan yang berpengaruh sangat luas pada periode tersebut adalah penggunaan mesin pintal tenaga air yang mampu menghasilkan benang kapas secara efektif untuk pertama kalinya dalam skala besar. Mesin ini ditemukan oleh Sir Richard Arkwright yang berasal dari perkampungan Derbyshire, Cromford pada tahun 1771 dan segera membuka pabrik miliknya sendiri. Metode lama, yang digunakan di industri pakaian wol dan dikeramatkan oleh tradisi berabad-abad yang menggantungkan diri pada pekerja-pekerja pemintalan dan pertenunan di gubug-gubug mereka dengan roda pemintalan dan alat-alat tenun perseorangan untuk menghasilkan kain wol, sudah tidak lagi digunakan karena tidak dapat memenuhi tuntutan masyarakat yang besar akan bahan katun, dan mesin-mesin baru memungkinkan konsentrasi produksi di suatu tempat, yakni pabrik. Mesin-mesin pemintalan telah dibangun di Inggris dan bahan mentah katun diimpor, terutama menuju Mesir dan India.

            Proses pemenuhan kebutuhan produksi demi keuntungan ini memicu para pemilik pabrik untuk memperkerjakan pekerja secara full-time dengan disiplin yang tinggi. Keuntungan lain yang didapat oleh para kapitalis Inggris waktu itu adalah pemberlakuan Enclosure Act (Undang-Undang Pemagaran Tanah) yang mengakibatkan banyaknya pengangguran atau dalam kata lain tersedianya jumlah tenaga kerja dalam jumlah besar, mereka adalah korban dari undang-undang itu. Ditemukannya mesin uap oleh James Watt, menambah nestapa bagi kaum pekerja, di mana pabrik sudah tidak lagi tersekat oleh geografis, karena sudah tidak lagi ketergantungan dengan air, walhasil mulai muncul kelompok-kelompok pabrik di kota yang baru, sebagai contoh kota Manchester. Awalnya kota ini adalah sebuah desa yang sepi, kemudian berkembang menjadi kota baru yang sibuk hanya dalam waktu satu generasi. Kota Manchester dan Birmingham selalu menjadi ciri khas dari dampak industrialisasi sejak abad ke-18. Dalam waktu bersamaan, buruknya kehidupan daerah kumuh, wabah penyakit, eksploitasi, dan cucuran keringat pekerja mulai dengan jelas tampak dan menonjol. Reaksi akan hal tersebut timbul dengan segera di Inggris, dan para kritikus industrialisasi bermunculan dengan suara yang hiruk pikuk. Betulkah industrialisasi mendehumanisasi manusia dan menjerumuskannya ke dalam perbudakan ekonomi, atau apakah industrialisasi itu menolong mereka dari kelaparan, dan dari apa yang oleh Karl Marx kemudian sebut “the idiocy of rural life?” (ketololan kehidupan desa?).

            Pada tahun 1793 di Amerika Serikat, Eli Whitney berhasil menemukan mesin pemisah kapas dari biji (cotton-gin). Sebagian besar alat ini mulai dikirim ke Liverpool untuk kemudian diantarkan melalui sungai dan kanal untuk pabrik-pabrik di Manchester. Pertengahan tahun 1800-an Amerika Serikat melakukan ekspor hingga dua miliar pounds kapas dalam setahun. Hal ini menyebabkan India tidak lagi menjadi produsen utama kapas sampai akhirnya Inggris menghentikan suplai kapas ke Amerika Serikat setelah Perang Sipil Amerika Serikat usai, dan Mesir kemudian menjadi supplier kapas terbesar. Pada tahun 1839, pabrik kapas di Manchester mempekerjakan 200.000 anak. Angka harapan hidup bagi masyarakat miskin di Manchester adalah 17 dengan 57% dari bayi yang lahir meninggal pada usia lima tahun. Karl Marx melakukan perjalanan ke Lancashire berkali-kali. Ia menuliskan semua yang terjadi hingga akhirnya dapat menyelesaikan salah satu magnum opus miliknya, Das Kapital.

            Inggris memberlakukan aturan baru atas kebijakan tekstil yang menyebabkan India bertransformasi dari eksportir tekstil menjadi supplier bahan mentah katun untuk pabrik Lancashire. Taktik Inggris ini amat sangat brutal, mereka seolah menghancurkan kedua tangan dan memotong ibu jari para penenun di India, sambil menerapkan sistem pajak yang menguntungkan industri kapas—sekaligus memprovokasi kelaparan saat proses ini berlangsung. Industri katun di India berhasil bertahan hingga akhir abad ke-19 karena produksi tanpa penggunaan mesin yang masih dilakukan dan dominasi Amerika Serikat yang mengekpor bahan mentah. Mahatma Gandhi percaya bahwa katun dekat dengan determinasi diri orang-orang India. Pada tahun 1920 ia meluncurkan gerakan Khadi, sebuah tindakan boikot yang massive terhadap barang berbahan katun dari Inggris. Ia mengenakan pakaian katun rumahan yang disebut Khadi. Kain katun (Khadi) kemudian menjadi simbol penting bagi kemerdekaan India. Winston Churchill dengan sikap sabar a la Inggris, kemudian mencela Gandhi sebagai “half naked... a seditious Middle Temper lawyer. Sederhana bagi Gandhi, khadi adalah sebuah simbol kebangkitan dan demokrasi bagi India. Selama Perang Dunia II, kelangkaan barang menciptakan permintaan yang tinggi akan khadi, dan 16.000.000 yards pakaian diproduksi dalam sembilan bulan. British Raj (aturan dari Kerajaan Inggris di India pada tahun 1858 dan 1947) mendeklarasikan gerakan khadi sebagai subversif, merusak aturan kerajaan Inggris. Menyita, membakar persediaan khadi, dan pemenjaraan pekerja kemudian mengakibatkan intensitas perlawanan. Pada paruh kedua abad ke-20, penurunan industri kapas Eropa menyebabkan kebangkitan industri kapas di India. India memulai proses mekanisasi industri kapas yang memungkinkan mereka turut berkompetisi di pasar dunia.



Amerika Serikat
            Frasa yang umum untuk mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun 1830 dan 1840 adalah “cotton is king” (kapas/katun adalah raja). Kapas pertama kali ditanam di kawasan Texas oleh misionaris Spanyol. Laporan yang didapat dari missionaris di San Antonio pada 1745 mengindikasikan beberapa ribu pounds kapas diproduksi setiap tahun, kemudian diolah oleh missionaris yang bertugas sebagai pemintal. Perang Anglo-France awal tahun 1790 menutup akses ke Eropa kontinental, menyebabkan posisi Amerika Serikat menjadi penting bagi Inggris, karena menjadi konsumen utama komoditi kapas. Produksi kapas di Amerika Serikat pada 1791 terbilang kecil, hanya sekitar 900.000 kg. Pertumbuhan industri katun di Amerika Serikat dimulai sejak ditemukannya cooton gin pada tahun 1793 oleh Eli Whitney yang memungkinkan produksi kain katun secara massal.

            Penanaman kapas di Amerika Serikat dimulai oleh koloni Anglo-American pada tahun 1821. Hasil sensus yang dilakukan negara bagian pada tahun 1849 melaporkan produksi kapas sebesar 58.073 bales. Kenaikan produksi yang cukup tajam hingga angka 431.645 bales pada sensus tahun 1859 di Texas disebabkan oleh penghapusan orang-orang American-Indian sejak akhir tahun 1850 hingga awal tahun 1860 yang menyebabkan terbukanya akses untuk area baru produksi kapas. Produksi massal yang mulai diberlakukan Amerika Serikat menyebabkan tingginya kebutuhan akan pekerja, hal ini yang kemudian menjadi fase awal perbudakan yang terjadi, para budak ini dibeli dari pantai Barat benua Afrika. Meskipun budak dibeli untuk berbagai macam kebutuhan, namun dua hal yang menjadi dominan: untuk dipekerjakan di perkebunan gula dan perkebunan kapas. Lebih kurang sebelas juta jiwa dipisahkan dari keluarga dan kerabatnya untuk menciptakan kebangkitan Dunia Baru. Segitiga perdagangan di Amerika Serikat memposisikan para budak di bagian Barat, kapas di bagian Timur, dan pabrik di bagian Selatan. Dari Brazil ke Georgia, istilah pickin’ cotton menjadi sinonim untuk manusia sebagai barang bawaan. Sejak awal tahun 1830, Amerika Serikat berhasil memproduksi kebutuhan katun di dunia sekaligus menjadikan Amerika Serikat memimpin ekspansi perbudakan di Amerika Serikat dan pada tahun 1850, populasi budak mencapai 50% dari populasi negara yang tersebar di berbagai kawasan, seperti Georgia, Alabama, Mississippi dan Louisiana. Sejarah lisan dari perbudakan di Amerika Serikat dipenuhi oleh kisah dari perkebunan kapas. Pada tahun 1860 bagian Selatan Amerika Serikat menyediakan 80% dari kapas untuk Inggris dan dua per tiga dari suplai untuk dunia. Produsen industri hari ini berlokasi di kawasan Asia, negara-negara seperti India, Bangladesh dan Tiongkok, upah buruh di sana terbilang jauh lebih murah begitupun di kawasan Amerika Latin.



Rujukan
Kamarga, Hansiswany & Siboro, Julius. (2012). Isu-Isu Kontroversial dalam Sejarah Barat. Jakata: Penerbit Bee Media Indonesia
Britton, Karen Gerhardt, Elliot, Fred C, & Miller, E.A. Cotton Culture. Diakses dari: https://tshaonline.org/handbook/online/articles/afc03

Di Balik Kain Katun yang Nyaman: Revolusi Industri, Amerika Serikat, dan Perbudakan Di Balik Kain Katun yang Nyaman: Revolusi Industri, Amerika Serikat, dan Perbudakan Reviewed by TUKANG SABLON KEREN on February 25, 2018 Rating: 5

1 comment:

  1. Terimakasih artikelnya sangat bermanfaat sekali.
    Jangan lupa kunjungi kami di
    jual drumband Jogja


    ReplyDelete

Powered by Blogger.