Ada
yang masih inget kata-kata guru Sekolah Dasar tentang sandang, pangan dan papan
gak? Kalau inget, kalimat itu sekarang udah ganti, bro, sekarang kalimat itu
jadi: sandang, pangan, papan dan casan (charger),
ha-ha-ha. Hal ini terjadi karena kemajuan era teknologi yang pesat, di mana
saya maupun kalian pasti gak bisa hidup tanpa gawai, ya gak? Ngaku aja deh,
pasti kalian bakal hampa tanpa gawai, secara zaman now banget gitu kan. Nah, ngomongin kemajuan teknologi, coba
sedikit kita kembali ke masa lalu, lewat memori sejarah yang anggun nan
menawan, meski rasa kantuk tak tertahankan di kala guru mata pelajaran sejarah
memulai pembelajaran dengan cerita, ya...cerita.
Well, kita langsung aja cari tahu
sedikit asal-muasal kain katun, atau kapas atau apapun itu yang berkaitan
dengan kaos, ini kan Skreen and Sound, tukang sablon keren dari wilayah periferi, ha-ha-ha. Tapi jangan salah,
meski demikian Skreen and Sound selalu tulus dan total mengerjakan setiap
pekerjaan yang dibebankan kepada kami. Oke, langsung saja, tanpa terlalu banyak
intro a la grup musik kondang, kita
mulai mendedah kain katun. Kain katun adalah komoditas non-pangan yang cukup penting,
karena katun mampu menunjang produktivitas manusia (termasuk Skreen and Sound).
Setiap pekerjaan yang dilakukan manusia memerlukan kain katun, dari seorang
pekerja tambang hingga pekerja kantoran atau pekerja cetak saring dan konveksi,
pemimpin negara hingga pengangguran sekalipun. Ya, katun adalah primadona bagi
seluruh umat manusia. Lalu, apa itu kain katun? katun dalam KBBI (online) adalah cita atau bahan pakaian
yang dibuat dari benang kapas. Sebelum membahas lebih dalam mengenai katun, ada
baiknya kita kembali ke masa lampau, melihat bagaimana kapas menjadi tanaman
yang penting di dunia.
Nah,
terus katun tuh berasal dari apa sih? Katun itu berasal dari tanaman kapas,
begini penjelasan singkat mengenai tanaman yang satu ini:
Tanaman kapas termasuk dalam genus
Gossypium. Kapas adalah tumbuhan asli daerah tropis dan sub tropis, serta
memiliki banyak spesies yang dibudidayakan di seluruh dunia. Kapas memiliki
serat lembut dan terdapat biji di dalamnya. Serat ini bisa dipintal menjadi
benang yang kemudian digunakan untuk membuat kain katun yang nyaman digunakan
di iklim tropis yang hangat. Dari suatu hal yang sederhana pada peradaban kuno,
kapas berubah menjadi sebuah komoditas industri modern yang vital bagi
perekonomian dunia saat ini.
Kapas untuk pertama kali digunakan
sebagai tali sejak tahun 3.0000 SM di India dan benua Amerika, nah hal ini
sekaligus membuktikann kalau teknologi awal pemintalan kapas telah terjadi,
bro. Fragmen atau bagian pakaian yang terbuat dari kapas yang umurnya mencapai
4.000 tahun ditemukan di lembah sungai Indus, India (sekarang, wilayah itu
adalah Pakistan) dan lembah pantai Peru. Ada hal menarik nih di Peru, ternyata proses
mumifikasi seseorang di Peru itu dibalut menggunakann katun, sedangkan di Mesir
Kuno menggunaka sejenis linen.
Gimana? bermanfaat sekali kan katun bagi kehidupan umat manusia. Ilmuwan
sendiri memperkirakan, tapi gak kira-kira kayak Dukun, melalui hasil riset yang
menunjukkan bahwa tanaman kapas telah ditanam sejak 7.000 tahun yang lalu. Kain
katun mulai menyebar dari India ke Barat menuju Mesir dan Turki, dari Pasifik
ke Utara menuju Amerika Tengah dan Karibia. Anehnya, gak ada seorang pun yang
tahu secara pasti asal-usul katun yang kita gunakan hari ini, baiklah..biarkan
itu semua menjadi misteri Illahi,
tapi dari berbagai spesies yang memiliki kepiripan dengan kapas yang kita pakai
sebagai bahan dasar katun di era kontemporer alias zaman now ini ditemukan di India, Amerika Tengah dan Amerika
Selatan sejak ribuan tahun yang lalu.
Revolusi
Industri
Kalian tahu gak sih, kalau teknologi
yang hari ini kita gunakan berawal dari perkembangann pemikiran dari berbagai
gelombang pemikir yang lahir dan kemudian terus dikembangkan hingga hari ini.
Penemuan mesin uap oleh James Watt tahun 1790 menandakan
sebuah rangkaian perubahan ekonomi di bidang produksi pertanian dan industri di
Inggris (Great Britain) menimbulkan
apa yang oleh para sejarawan kemudian disebut Revolusi Industri. Ternyata
revolusi ini secara drastis mengubah hubungan-hubungan lama—ekonomi, politik,
dan sosial—dan menuju terciptanya kondisi-kondisi dan asalah baru lainnya.
Siapa yang gak kenal klub sepak bola Manchester United atau Manchester City?
Dua klub itu berasal dari kota yang menunjang perkembangan kain katun, yap,
karena kota tersebut mengawali perkembangan industri tekstil di Inggris pada
masa itu. Salah satu pabrik yang terkenal adalah pabrik tekstil The Lanchasire
yang merupakan salah satu mesin revolusi industri Inggris. Pabrik ini memiliki
karakter layaknya “setan” karena kondisi kerja yang tercela—memberikan upah
rendah, mempekerjakan buruh anak-anak dan pemberlakuan 18 jam kerja. Hal itu
yang menjadi salah satu alasan kenapa klub Manchester United sering dijuluki The Red Devil (Si Setan Merah), mungkin
itu alasannya, guys.
Berbagai
penemuan memacu produksi yang amat sederhana pada mulanya. Salah satunya adalah
penemuan flying shuttle oleh John Kay,
bukan John Cena ya, he-he-he, dan peningkatan spinning machinery (mesin pemintalan) oleh Crompton dan Arkwright, mereka
terilhami oleh upaya mempermudah proses kerja (nah ini yang hari ini terjadi,
di mana manusia menginginkan semua serba cepat alias instant), bukan hasil rekayasa atau penerapan sains. Satu penemuan
yang berpengaruh sangat luas pada periode tersebut adalah penggunaan mesin
pintal tenaga air yang mampu menghasilkan benang kapas secara efektif untuk
pertama kalinya dalam skala besar. Mesin ini ditemukan oleh Sir Richard
Arkwright yang berasal dari perkampungan Derbyshire, Cromford pada tahun 1771
dan segera membuka pabrik miliknya sendiri. Metode lama, yang digunakan di
industri pakaian wol dan dikeramatkan oleh tradisi berabad-abad yang
menggantungkan diri pada pekerja-pekerja pemintalan dan pertenunan di
gubug-gubug mereka dengan roda pemintalan dan alat-alat tenun perseorangan untuk
menghasilkan kain wol, sudah tidak lagi digunakan karena tidak dapat memenuhi
tuntutan masyarakat yang besar akan bahan katun, dan mesin-mesin baru
memungkinkan konsentrasi produksi di suatu tempat, yakni pabrik. Mesin-mesin
pemintalan telah dibangun di Inggris dan bahan mentah katun diimpor, terutama
menuju Mesir dan India.
Proses
pemenuhan kebutuhan produksi demi keuntungan ini memicu para pemilik pabrik
untuk memperkerjakan pekerja secara full-time
dengan disiplin yang tinggi. Keuntungan lain yang didapat oleh para kapitalis
Inggris waktu itu adalah pemberlakuan Enclosure
Act (Undang-Undang Pemagaran Tanah) yang mengakibatkan banyaknya
pengangguran atau dalam kata lain tersedianya jumlah tenaga kerja dalam jumlah
besar, mereka adalah korban dari undang-undang itu. Ditemukannya mesin uap oleh
James Watt, menambah nestapa bagi kaum pekerja, di mana pabrik sudah tidak lagi
tersekat oleh geografis, karena sudah tidak lagi ketergantungan dengan air,
walhasil mulai muncul kelompok-kelompok pabrik di kota yang baru, sebagai
contoh kota Manchester. Awalnya kota ini adalah sebuah desa yang sepi, kemudian
berkembang menjadi kota baru yang sibuk hanya dalam waktu satu generasi. Kota
Manchester dan Birmingham selalu menjadi ciri khas dari dampak industrialisasi
sejak abad ke-18. Dalam waktu bersamaan, buruknya kehidupan daerah kumuh, wabah
penyakit, eksploitasi, dan cucuran keringat pekerja mulai dengan jelas tampak
dan menonjol. Reaksi akan hal tersebut timbul dengan segera di Inggris, dan
para kritikus industrialisasi bermunculan dengan suara yang hiruk pikuk.
Betulkah industrialisasi mendehumanisasi manusia dan menjerumuskannya ke dalam
perbudakan ekonomi, atau apakah industrialisasi itu menolong mereka dari
kelaparan, dan dari apa yang oleh Karl Marx kemudian sebut “the idiocy of rural life?” (ketololan
kehidupan desa?).
Pada
tahun 1793 di Amerika Serikat, Eli Whitney berhasil menemukan mesin pemisah
kapas dari biji (cotton-gin).
Sebagian besar alat ini mulai dikirim ke Liverpool untuk kemudian diantarkan
melalui sungai dan kanal untuk pabrik-pabrik di Manchester. Pertengahan tahun
1800-an Amerika Serikat melakukan ekspor hingga dua miliar pounds kapas dalam setahun. Hal ini menyebabkan India tidak lagi
menjadi produsen utama kapas sampai akhirnya Inggris menghentikan suplai kapas
ke Amerika Serikat setelah Perang Sipil Amerika Serikat usai, dan Mesir
kemudian menjadi supplier kapas
terbesar. Pada tahun 1839, pabrik kapas di Manchester mempekerjakan 200.000
anak. Angka harapan hidup bagi masyarakat miskin di Manchester adalah 17 dengan
57% dari bayi yang lahir meninggal pada usia lima tahun. Karl Marx melakukan
perjalanan ke Lancashire berkali-kali. Ia menuliskan semua yang terjadi hingga
akhirnya dapat menyelesaikan salah satu magnum
opus miliknya, Das Kapital.
Inggris
memberlakukan aturan baru atas kebijakan tekstil yang menyebabkan India
bertransformasi dari eksportir tekstil menjadi supplier bahan mentah katun untuk pabrik Lancashire. Taktik Inggris
ini amat sangat brutal, mereka seolah menghancurkan kedua tangan dan memotong
ibu jari para penenun di India, sambil menerapkan sistem pajak yang
menguntungkan industri kapas—sekaligus memprovokasi kelaparan saat proses ini
berlangsung. Industri katun di India berhasil bertahan hingga akhir abad ke-19
karena produksi tanpa penggunaan mesin yang masih dilakukan dan dominasi
Amerika Serikat yang mengekpor bahan mentah. Mahatma Gandhi percaya bahwa katun
dekat dengan determinasi diri orang-orang India. Pada tahun 1920 ia meluncurkan
gerakan Khadi, sebuah tindakan boikot yang massive
terhadap barang berbahan katun dari Inggris. Ia mengenakan pakaian katun
rumahan yang disebut Khadi. Kain katun (Khadi) kemudian menjadi simbol penting
bagi kemerdekaan India. Winston Churchill dengan sikap sabar a la Inggris,
kemudian mencela Gandhi sebagai “half
naked... a seditious Middle Temper lawyer. Sederhana bagi Gandhi, khadi
adalah sebuah simbol kebangkitan dan demokrasi bagi India. Selama Perang Dunia
II, kelangkaan barang menciptakan permintaan yang tinggi akan khadi, dan
16.000.000 yards pakaian diproduksi
dalam sembilan bulan. British Raj
(aturan dari Kerajaan Inggris di India pada tahun 1858 dan 1947)
mendeklarasikan gerakan khadi sebagai subversif, merusak aturan kerajaan
Inggris. Menyita, membakar persediaan khadi, dan pemenjaraan pekerja kemudian
mengakibatkan intensitas perlawanan. Pada paruh kedua abad ke-20, penurunan
industri kapas Eropa menyebabkan kebangkitan industri kapas di India. India
memulai proses mekanisasi industri kapas yang memungkinkan mereka turut
berkompetisi di pasar dunia.
Amerika
Serikat
Frasa
yang umum untuk mendeskripsikan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat pada tahun
1830 dan 1840 adalah “cotton is king”
(kapas/katun adalah raja). Kapas pertama kali ditanam di kawasan Texas oleh
misionaris Spanyol. Laporan yang didapat dari missionaris di San Antonio pada
1745 mengindikasikan beberapa ribu pounds
kapas diproduksi setiap tahun, kemudian diolah oleh missionaris yang bertugas
sebagai pemintal. Perang Anglo-France
awal tahun 1790 menutup akses ke Eropa kontinental, menyebabkan posisi Amerika
Serikat menjadi penting bagi Inggris, karena menjadi konsumen utama komoditi
kapas. Produksi kapas di Amerika Serikat pada 1791 terbilang kecil, hanya
sekitar 900.000 kg. Pertumbuhan industri katun di Amerika Serikat dimulai sejak
ditemukannya cooton gin pada tahun
1793 oleh Eli Whitney yang memungkinkan produksi kain katun secara massal.
Penanaman
kapas di Amerika Serikat dimulai oleh koloni Anglo-American pada tahun 1821. Hasil sensus yang dilakukan negara
bagian pada tahun 1849 melaporkan produksi kapas sebesar 58.073 bales. Kenaikan produksi yang cukup
tajam hingga angka 431.645 bales pada
sensus tahun 1859 di Texas disebabkan oleh penghapusan orang-orang American-Indian sejak akhir tahun 1850
hingga awal tahun 1860 yang menyebabkan terbukanya akses untuk area baru
produksi kapas. Produksi massal yang mulai diberlakukan Amerika Serikat
menyebabkan tingginya kebutuhan akan pekerja, hal ini yang kemudian menjadi
fase awal perbudakan yang terjadi, para budak ini dibeli dari pantai Barat
benua Afrika. Meskipun budak dibeli untuk berbagai macam kebutuhan, namun dua
hal yang menjadi dominan: untuk dipekerjakan di perkebunan gula dan perkebunan
kapas. Lebih kurang sebelas juta jiwa dipisahkan dari keluarga dan kerabatnya
untuk menciptakan kebangkitan Dunia Baru. Segitiga perdagangan di Amerika
Serikat memposisikan para budak di bagian Barat, kapas di bagian Timur, dan
pabrik di bagian Selatan. Dari Brazil ke Georgia, istilah pickin’ cotton menjadi sinonim untuk manusia sebagai barang bawaan.
Sejak awal tahun 1830, Amerika Serikat berhasil memproduksi kebutuhan katun di
dunia sekaligus menjadikan Amerika Serikat memimpin ekspansi perbudakan di Amerika
Serikat dan pada tahun 1850, populasi budak mencapai 50% dari populasi negara
yang tersebar di berbagai kawasan, seperti Georgia, Alabama, Mississippi dan
Louisiana. Sejarah lisan dari perbudakan di Amerika Serikat dipenuhi oleh kisah
dari perkebunan kapas. Pada tahun 1860 bagian Selatan Amerika Serikat
menyediakan 80% dari kapas untuk Inggris dan dua per tiga dari suplai untuk
dunia. Produsen industri hari ini berlokasi di kawasan Asia, negara-negara
seperti India, Bangladesh dan Tiongkok, upah buruh di sana terbilang jauh lebih
murah begitupun di kawasan Amerika Latin.
Rujukan
Kamarga, Hansiswany & Siboro,
Julius. (2012). Isu-Isu Kontroversial
dalam Sejarah Barat. Jakata: Penerbit Bee Media Indonesia
Britton, Karen Gerhardt, Elliot, Fred C, &
Miller, E.A. Cotton Culture. Diakses
dari: https://tshaonline.org/handbook/online/articles/afc03
Di Balik Kain Katun yang Nyaman: Revolusi Industri, Amerika Serikat, dan Perbudakan
Reviewed by TUKANG SABLON KEREN
on
February 25, 2018
Rating:
Terimakasih artikelnya sangat bermanfaat sekali.
ReplyDeleteJangan lupa kunjungi kami di
jual drumband Jogja